Kota Medan adalah kota terbesar di Indonesia dan pusat utama perekonomian Indonesia. Kota ini juga terkenal dengan kekayaan budaya, sejarah, dan agamanya. Alhasil, pengunjung dari seluruh dunia tertarik ke kota ini. Berikut adalah beberapa tips untuk memastikan bahwa Anda dapat memanfaatkan waktu Anda sebaik-baiknya di tempat ini.
Latar belakang sejarah KOTA MEDAN
Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia. Itu terletak di pantai timur laut Sumatera, dan memiliki populasi lebih dari dua juta. Kota ini adalah rumah bagi beberapa kelompok etnis, termasuk Batak, Minangkabau, dan Jawa.
Selama dua abad pertama abad ke-19, wilayah Medan saat ini adalah rawa. Namun, itu adalah pusat perdagangan utama untuk daerah tersebut. Salah satu penduduk asli daerah itu menyebutnya “Tanah Deli”. Pada akhir 1700-an, penjajah Belanda memilih daerah itu sebagai pusat perkebunan baru.
Orang Toba dipekerjakan di perkebunan kelapa sawit. Hal ini menyebabkan program migrasi besar-besaran yang membawa banyak orang Jawa ke Medan. Mereka mulai menandai perkembangan sosial dan ekonomi kota.
Tokoh penting dalam sejarah awal KOTA MEDAN ini adalah Tjong A Fie. Dia tiba di daerah itu pada tahun 1860 dan tinggal sampai tahun 1921. Rumah besarnya telah diubah menjadi museum sejarah. Artefak sejarah lainnya dari masanya dipajang di museum.
Kota Medan adalah ibu kota Provinsi Sumatera Utara. Terhubung dengan jalan raya Trans-Sumatra. Ini memiliki dua terminal pelabuhan, satu untuk layanan penumpang dan yang lainnya untuk mengimpor dan mengekspor barang.
Menurut sensus tahun 2010, penduduk Medan terdiri dari berbagai kelompok etnis, dengan lebih dari sepertiga penduduk kota ini adalah orang Jawa. Sekitar 9 persen adalah penganut Buddha. Sekitar 25 persen beragama Kristen, sedangkan 3 persen lainnya beragama Hindu. Beberapa kelompok etnis lain yang tinggal di Medan adalah Batak, Minangkabau, Cina dan Melayu.
Sejak didirikan, kota ini telah menjadi komunitas yang beragam secara budaya dan ekonomi. Itu memiliki dampak yang signifikan pada seni, agama, perkawinan dan perdagangan.
Iklim KOTA MEDAN
Iklim Kota Medan sedang. Ini adalah iklim hutan hujan tropis dengan curah hujan rata-rata sekitar 2200 mm per tahun. Ada bulan-bulan yang lebih kering sepanjang tahun, dan beberapa bulan dengan curah hujan yang tinggi. Namun demikian, ada hujan yang signifikan sepanjang tahun.
Cuaca di Kota Medan bisa berawan pada siang hari, namun langit seringkali cerah pada malam hari. Suhu bisa mencapai sekitar 27 derajat Celcius selama musim panas. Namun, ada beberapa bulan yang suhunya bisa sangat dingin.
Sebagian besar hujan di Kota Medan terjadi pada bulan Oktober. Namun, curah hujan paling sedikit terjadi pada bulan Februari. Artinya, waktu terbaik untuk mengunjungi kota ini adalah pada bulan Januari dan Februari.
Selain itu, jumlah wisatawan yang berkunjung ke kota ini paling tinggi selama bulan Agustus. Ini karena program migrasi besar-besaran yang membawa banyak orang dari Jawa ke Medan.
Kota Medan adalah pusat perdagangan penting di Indonesia bagian barat. Banyak perusahaan internasional mempertahankan kantor mereka di sini. Ini termasuk London Sumatra, Musim Mas, DBS Bank, Philips Lighting, dan ABB Group.
Perekonomian Kota Medan pada awalnya bertumpu pada budaya karet, sawit, dan tembakau. Belakangan, Kereta Api Deli didirikan untuk memudahkan pengangkutan barang ke Pelabuhan Belawan. Hal ini menyebabkan perkembangan besar dalam industri kelapa sawit, teh, dan karet.
Saat ini, kota Medan merupakan pusat metropolitan yang multikultural. Ini adalah rumah bagi berbagai bahasa, termasuk bahasa Batak, Karo, dan Mandailing. Juga, banyak orang asing telah membuka bisnis di kota.
Dengan iklim hutan hujan tropis dan kedekatannya dengan Kuala Lumpur, Medan adalah tujuan wisata yang populer. Oleh karena itu, cuaca di kota ini bisa sangat mendung pada siang hari, dan bulan terkering adalah Februari dan Oktober.
Agama
Ada banyak keragaman agama di Kota Medan. Selain agama tradisional, ada juga Hindu, Budha, dan Konghucu. Semua itu adalah agama penting bagi masyarakat Medan.
Hindu adalah agama yang paling populer di Medan, diikuti oleh Budha dan Islam. Namun, sebagian kecil masyarakat Medan memeluk agama lain. Protestan membentuk 8,27% dari populasi. Sebagian besar umat Buddha di kota mengikuti Buddhisme Mahayana. Beberapa kelompok kecil orang mempraktikkan Taoisme atau Konfusianisme.
Mayoritas penduduk di Medan beragama Islam. Namun, Hindu adalah agama terbesar keempat di Indonesia. Melayu memiliki konsentrasi besar di Kota Matsum dan Belawan. Daerah ini juga merupakan rumah bagi beberapa kelompok etnis lain, seperti Aceh, Mandailing-Angkola, dan Batak.
Banyak orang di Medan memiliki akar yang dalam di daerah ini. Kerajaan Melayu adalah pemilik properti utama di kota. Juga, Belanda berkontribusi pada pengembangan kota. Setelah kepergian Belanda, kawasan ini menjadi pusat perdagangan tembakau yang penting.
Kerukunan beragama sangat penting di Medan. Ini memupuk rasa saling menghormati dan menghilangkan prasangka. Selain itu, ini mengatasi masalah sosial umum. Salah satu hal penting yang harus diperhatikan adalah peran masjid dalam menjaga kerukunan ini.
Beberapa masjid terletak di kota. Mereka menyampaikan materi dakwah kepada pengikutnya. Materi konten dapat menyesuaikan dengan pandangan modern.
Berbagai jaringan radio tersedia di kota. Prambors FM, MNC Trijaya FM, dan Delta FM adalah yang paling populer. Ada juga stasiun radio umum, RRI Medan, yang tersedia dalam berbagai bahasa daerah.
Katedral Medan adalah gereja tertua di kota. Katedral ini dibangun oleh masyarakat Belanda dan India. Sayangnya, itu dirusak oleh teroris.
Budaya KOTA MEDAN
Kota Medan terletak di tepi Sungai Deli. Juga dekat dengan kota Singapura dan Kuala Lumpur. Ada beberapa perusahaan internasional yang berkantor di kota ini.
Kota ini memiliki populasi besar Melayu, Jawa, India dan Cina. Sebagian besar penduduknya adalah Muslim sedangkan Hindu dan Budha adalah agama utama orang India.
Nama kota ini berasal dari kata Tamil Maidhanam. Kampung Medan Putri dulunya merupakan bagian dari Kesultanan Deli. Sebelum kedatangan Kesultanan Deli, kawasan ini merupakan lahan rawa. Tapi itu telah tumbuh menjadi pelabuhan perdagangan.
Daerah tersebut menjadi terkenal karena ekspor tembakau ke Barat. Sebuah bisnis perkebunan besar dibangun di Deli. Sejak Kesultanan Deli, orang Melayu telah menguasai kota. Saat ini Sultan Deli masih tinggal di Istana Maimoon.
Pada abad ke-19, sejumlah orang diangkut dari Jawa. Beberapa dari mereka menetap di pinggiran kota Medan. Orang-orang ini sekarang dikenal sebagai Pujakesuma.
Kelompok etnis India kecil lainnya tinggal di kota. Mereka berbicara bahasa Inggris dan Punjabi.
Medan juga memiliki komunitas Tionghoa yang besar. Meskipun bahasa mereka tidak digunakan seluas bahasa Melayu, mereka berbicara dalam berbagai bahasa. Bahasa mereka didasarkan pada dialek Hokkien, yang berasal dari provinsi Fujian di Cina selatan.
Medan memiliki sejumlah surat kabar dan stasiun radio. Ada sejumlah museum dan galeri seni. Selain itu, merupakan rumah bagi salah satu komunitas Tionghoa terbesar di pulau Sumatera.
Kota ini juga merupakan pusat perdagangan utama bagi Indonesia bagian barat. Ini telah berkontribusi pada pertumbuhannya.
Tempat untuk dikunjungin
KOTA MEDAN, sebuah kota di provinsi Sumatera Utara, Indonesia, merupakan kota terbesar keempat di Indonesia. Meski bukan kota metropolitan kosmopolitan seperti Jakarta, kota ini menawarkan banyak atraksi menarik. Ini termasuk pemandangan budaya dan kuliner yang beragam.
Masjid utama Medan, Mesjid Raya Al Mashun, dibangun dari marmer Italia. Ini fitur jendela kaca patri, kubah elegan, dan ubin hijau zamrud.
Kuil Mariamman, yang didedikasikan untuk dewi Tamil Mariamman, memiliki ukiran yang indah. Pengunjung dapat menjelajahi pekarangan kuil ini dan melihat dekorasi hiasannya.
Situs budaya lain untuk dikunjungi adalah Istana Maimun. Bangunan mewah dan penuh hiasan ini dibangun pada akhir tahun 1800-an. Sebagian istana telah diubah menjadi museum. Ada ruang singgasana yang terbuka untuk umum. Di sini, pengunjung bisa belajar tentang sejarah keluarga kerajaan.
Museum Margasatwa adalah objek wisata lain yang wajib dikunjungi di Medan. Museum ini memiliki lebih dari dua ribu spesimen hewan dari seluruh dunia. Mereka ditampilkan di ruang berisi udara.
Atraksi terkenal lainnya di Medan adalah Tjong A Fie Mansion. Mansion adalah tempat yang tepat untuk merasakan kehidupan di Medan pada awal tahun 1900-an. Salah satu daya tarik terbaiknya adalah taman yang indah.
Ada juga sejumlah bangunan Art Deco di Medan. Beberapa di antaranya dalam kondisi sangat baik, sementara yang lain rusak.
Tempat lain untuk dikunjungi di Medan adalah Museum Satwa, Museum Sumatera Utara, dan Vihara Maria Maitreya. Semua museum ini memiliki koleksi patung, keramik, dan barang menarik lainnya.
Tempat kuliner Medan juga layak dikunjungi. Ada beberapa restoran di kota yang menyajikan masakan Indonesia dan Barat yang lezat. Jika Anda sedang mencari tempat yang tenang, Cafe Raya adalah favorit.